Disakiti oleh orang yang kita cintai pasti menimbulkan rasa trauma yang mendalam, apalagi jika hal itu dilakukan berkali-kali.
Pasti sangat sulit rasanya untuk melupakan rasa sakit yang ditimbulkannya. Rasa sakit itu akan semakin memburuk ketika kita menyadari kenyataan masih ada rasa cinta untuknya.
Efeknya, kita mengalami dilema untuk menemukan cara bagaimana memaafkan dan melupakannya.
Namun, apakah memaafkan sekaligus melupakan seseorang adalah hal yang mungkin untuk dilakukan?
Penelitian membuktikan memaafkan sekaligus melupakan seseorang adalah hal yang mungkin bisa kita lakukan.
Menurut riset dari University of Texas, memaafkan sekaligus melupakan seseorang atau sesuatu memerlukan usaha lebih besar daripada sekedar mengingatnya.
Periset berupaya untuk menunjukkan kemampuan manusia untuk melupakan ingatan di luar proses eliminasi alami yang terjadi di otak seiring waktu.
Hasilnya, melupakan secara sadar membutuhkan tingkatan aktivitas otak sedang daripada ketika kita ingin memahami sesuatu hal.
Dalam riset ini, peneliti merekrut sekelompok orang dewasa muda sehat yang secara individual ditunjukan serangkaian gambar.
Untuk setiap gambar, peserta diperintahkan mengingat atau melupakan apa yang mereka lihat.
Periset juga menggunakan neuroimaging atau pencitraan otak untuk melacak aktivitas otak peserta selama penelitian.
Hasilnya, ada garis tipis antara berapa banyak kekuatan otak yang diperlukan untuk memperkuat atau melupakan ingatan.
Tracy Wang, selaku pemimpin riset, mengatakan aktivitas otak tingkat sedang sangat penting untuk mekanisme melupakan ini.
Dengan kata lain, jika kita terlalu berusaha untuk melupakan ingatan, justru akan membuat ingatan tersebut semakin kuat dalam pikiran kita.
Namun saat kurang berusaha untuk melupakannya, ingatan itu kemungkinan akan tetap tersimpan. Jadi yang diambil adalah jalan tengahnya.
"Niat untuk melupakan ini justru meningkatkan aktivasi memori. Ketika aktivasi ini menyentuh level tingkat sedang, inilah yang memicu kita untuk melupakan suatu pengalaman," ucap Wang.
Riset ini membuktikan, sengaja melupakan adalah keterampilan yang dapat kita pelajari dan gunakan sesuka hati.
Periset dalam studi ini menunjukan, peserta memiliki waktu yang lebih mudah untuk melupakan gambar pemandangan daripada gambar manusia.
Namun, hal ini jangan membuat kita takut untuk mencobanya. Dengan kata lain, ingatan memang memiliki kecenderungan untuk menyelinap pada diri kita dari waktu ke waktu.
Lalu, apakah manusia bisa melupakan sesuatu atau seseorang secara permanen?
Michael Alcee, psikolog klinis di New York, meragukan hal tersebut. Menurutnya, diperlukan proses pengolahan atau psikoterapi tertentu untuk menurunkan intensitas dan volume memori tertentu.
"Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa memori manusia sering muncul secara otonom," ucap Alcee.
Ketika ingatan muncul tiba-tiba, kata Alcee, para ilmuwan telah mengaitkan ini dengan struktur protein di otak yang disebut prion, yang bertanggung jawab atas sifat ingatan yang nampak acak dan aneh".
Dengan kata lain, ingatan selalu bertahan dalam beberapa kapasitas meski sengaja dilupakan. Sampai tingkat tertentu, kata Alcee, kenangan adalah apa yang membentuk diri kita.
Dalam beberapa hal, kenangan seperti buku sejarah di otak, yang bagus untuk referensi ketika kita tidak ingin sesuatu kejadian terulang.
"Namun, ini situasional, tergantung pada jenis memori yang ingin kita hapus. Misalnya, sesuatu yang traumatis yang menghantui kita, atau hancurnya asmara yang masih ingin kita perbaiki," tambahnya.
Menurut Laura Weldy, penasehat kehidupan, tak peduli peristiwa atau siapa yang ingin kita lupakan, ini adalah hal yang "sehat" untuk segera move on saat sesuatu tak bisa berdampak positif pada diri kita.
Weldy menyarankan kita untuk memaafkan dan melupakan jika tindakan itu kita rasa benar.
"Lakukan evaluasi dan rencanakan pertumbuhan baru atau buang ingatan yang membuat kita memandang diri sendiri dengan buruk," ucapnya.
Ia menambahkan, kita bisa menggunakan cara apapun yang memungkinkan kita untuk menjadi lebih baik dan membuat kenangan indah dengan hal baru.
[kompas]
No comments:
Post a Comment