Wednesday, 6 March 2019

Benarkah Semakin Dewasa Teman Kita jadi Semakin Sedikit,?



Katanya seiring berjalannya waktu, teman kita jadi makin dikit, teman kita lebih mementingkan teman barunya, pekerjaannya, gak sesuai sama janji yang telah dibuat waktu jaman-jaman SMA, yang bakal ketemuan terus pas liburan, yang bakal liburan bareng, dan pasti akan berjumpa kalau udah sukses nanti.



Tapi kenapa makin kesini makin terasa sepi ya hidupku? Baru aja kemarin ketawa lepas bareng teman-teman, tapi hari ini malah dingin banget suasananya. Sampai akhirnya terpikirlah beberapa pertanyaan-pertanyaan yang menghinggapi pikiran-pikiran anak-anak milenial yang baru memasuki dunia yang sebenarnya versi Beta.

"Makin kesini kok teman-temanku makin dikit, ya?"

"Mereka ini bener-bener temenku gak, sih?"

"Mereka kok datangnya pas lagi butuh doang, ya?"

"Ah, duniaku dengan dunia mereka udah berbeda."

Dan masih banyak lagi.

Setelah berlalu lalang di dunia Misqueen, Twitter. Ada satu tweet yang menceritakan tentang struggle di usia 20 tahun. Dan ternyata banyak sekali orang yang merasakan hal yang sama. Terakhir kulihat ada 14ribu retweet dan 15ribu likes di satu tweet itu. Yang berarti ada sekitar 14ribu anak berumur 20 tahun keatas yang sedang merasakan beban yang sama. Ini juga sama seperi teori spiral of silence yang dikemukakan oleh Neolle-Neumann, bahwa saat kita memberi opini dan menyebar sampai kepenjuru dunia, orang yang tidak memberi opini tapi merasakan hal yang sama akan mengamini opini tersebut, bahasa kerennya sih Retweet.

Penelitian para peneliti Komunikasi semakin bahagia sekarang, karena penelitian mereka akhirnya berhasil terjadi pada generasi Z, sebuah teori komunikasi massa yang saat ini sedang mengalami perkembangan yang besar pada abad ini. Mereka percaya pada "peluru ajaib" teori pengaruh komunikasi. Anak jaman now (Individu) diyakini sangat terpengaruh oleh pesan-pesan media karena media dianggap sangat kuat dalam membentuk opini masyarakat. Intinya, karena opini yang ada di tweet itu, membuat 14ribu anak berusia 20 tahun keatas merasakan hal atau beban yang sama. Senasib sepenanggungan.

Untuk teman-teman yang sudah kepala dua pasti bakal retweet tweet yang isinya struggle di usia 20 tahun, gimana harus memikirkan ini, itu, sana, sini, karena ruang lingkup yang sudah berbeda dibanding dulu. Ngerasain dunia kerja yang busuk, mengerti masalah keluarga yang selama ini masih menjadi asumsi, dan lain-lain.

Aku sangat setuju pendapat Akhmad Sudrajat tentang perkembangan manusia, karena tidak bisa dipisahkan dari pertumbuhannya. Perkembangan itu bisa didefinisikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif, dan berkaitan satu sama lain dari awal kita lahir sampai akhir hayatnya. Tidak bisa disalahkan, karena itu adalah perkembangan manusia. Yang sangat amat wajar.

Setelah aku selidiki, ternyata ada 2 faktor yang mereka rasakan, yang pertama ruang lingkup yang sudah berbeda atau biasa disebut circle life, yang kedua itu mereka jadi ngerasa asing sendiri. Aku sendiri ngerasain faktor-faktor itu.

Dewasa ini aku rasa pentingnya berbicara dengan orang yang satu frekuensi dengan kita, kalau tidak? Cut off aja. Gak enakan? Terima, ambil yang perlu, buang yang gak perlu. Hubungan pertemanan yang toxic justru membuat kita jadi ribet sendiri. Sebenarnya hal itu wajar aja terjadi, karena udah banyak juga penelitian tentang perkembangan manusia. Jadi sebelum kalian ngerasain dan nge-tweetkeresahan kalian, para ilmuan juga udah ngerasain apa yang kalian rasain. Lul.

Pakde tukang urut di seberang perumahanku sendiri bilang begini,

"Diumur 20 tahun ini, cuk. Kamu harus bisa membangun mentalmu, jangan sampai kamu lemah karena mentalmu gak kuat, dari umur 20 sampai umur 30 tahun nanti, disitulah mentalmu akan di uji, mau itu dari masalah pendidikan, keluarga, bahkan percintaanmu, cuk. Nanti setelah umurmu diatas 30 tahun, barulah hasil pembentukan mentalmu akan di uji dengan ujian hidup yang sesungguhnya."

Gak cuma gagasan pakde tukang urut kok yang membuatku yakin, ada penjelasan dari para ahli tentang perkembangan manusia, yang membuat kita berpikir kalau ruang lingkup kita udah beda dan ngerasa terasingkan sendiri itu karena perkembangan kita sendiri, pembentukan mental kita, pilihan hidup kita sendiri. Karena kita udah masuk tahap Dewasa Awal, kita lantas banyak memikirkan hal-hal yang dulu kita aja enggan untuk memikirkannya.

Akupun sadar kalau aku ngerasa ruang lingkupku sudah berbeda dari beberapa pengalaman yang sudah aku rasain sendiri, tentang ekspektasi ku saat menghadiri reuni teman SMP, sampai memilih dengan siapa aja aku bakal meet up dengan teman SMA ku yang sedang libur kuliah dan pulang ke kampung halaman (aku yang jagain kampung halaman kami).

Ekspektasi yang terpikir saat menerima ajakan temanku untuk reuni dengan teman-teman SMP adalah,

"Palingan bakal ngebahas waktu di jemur di depan tiang bendera satu kelas."

"Ngebahas siapa cinlok dengan siapa."

"Siapa yang paling sering masuk buku hitam di sekolah."

"Masih ingat gak si H dulu pernah boker di celana loh! Udah SMP padahal!"

Dan masih banyak lagi yang membuatku enggan ikut reuni dan lebih memilih menyelesaikan pekerjaanku saat itu. Karena mindset yang kuat dan ekspektasi yang 1000% aku yakini bakal terjadi saat reuni. Jadi untuk apa aku menghabiskan waktu untuk tertawa dengan cerita yang kudengar sama persis saat aku reuni SMP tahun lalu.

Masa SMA adalah masa-masa yang membahagiakan, bukan? Tapi semua akan kalah saat kita memasuki dunia perkuliahan. Memulai hal baru, bertemu dengan teman baru, jadian dengan pacar baru, putus, dan berpisah dari lingkungan yang dianggap toxic. Itu adalah bahan cerita yang akan selalu diceritakan saat kumpul dengan teman SMA.

"Kok bisa putus, sih sama si A? Kalian kan udah langgeng dari jaman SMA."

"Eh, ini loh temen chat gue, udah 3 bulan kami chat dan gak putus-putus chat-nya! Kayaknya gu bakal jadian nih sama doi."

Ke engganan untuk memasuki lingkungan yang lama membuatku merasa terasingkan karena sudah nyaman dengan lingkungan yang sempit dan terawat ini. Lirik lagu fourtwenty yang mengajakku untuk keluar dari zona nyaman tidak mempan untukku kali ini.

Akhirnya akupun paham, kita sedang mendewasakan diri kita masing-masing untuk masa depan kita masing-masing. Membuat kita memilih sendiri lingkungan yang ingin kita tinggali. Ada yang udah bekerja keras di usia 20 tahun, ada juga yang masih nyanyi keras-keras dan menggoyangkan kepala saat lagu Solo nya si Jennie di mainkan di department store tempat dia belanja. Semua tergantung lingkungan dan seberapa kuat mindset yang kita tanam dalam diri kita.

No comments:

Post a Comment

Postingan Populer